THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES
Kami mengucapkan selamat kepada pak Jusuf Kalla yang telah terpilih menjadi ketua PMI periode 2009-2014, dalam MUNAS ( Musyawarah Nasional ) ke-19.

Sabtu, 30 Oktober 2010

penanganan asma

Cara Ampuh Tangani Asma
Kontribusi Dari Administrator
Wednesday, 16 April 2008
Pemutakhiran Terakhir Wednesday, 16 April 2008


KASUS penyakit paru terutama pneumonia dan asma di wilayah Kabupaten Bandung amat tinggi. Dari catatan Dinas
Kesehatan Kab. Bandung, kedua penyakit itu menduduki peringkat kedua "pembunuh" manusia setelah kardiovaskuler.
Dengan tingkat pencemaran udara yang makin tinggi akibat kendaraan bermotor dan pabrik, membuat pnemonia dan
asma makin mewabah di masyarakat.











Melihat kenyataan itulah, RSI Al-Ihsan Baleendah belum lama ini mengadakan "Simposium Pnemonia dan Asma bagi
Awam" yang dibuka Wakil Kepala Dinkes Kab. Bandung, dr. Sukmahadi Thawaf.





Dalam seminar tersebut terungkap, dokter tidak bisa lagi menjalankan istilah "tulis resep obat untuk meredakan sesak,
setelah itu habis perkara" untuk menangani asma pada bayi dan anak-anak.





"Bersama dengan keluarga dan penderita, dokter yang menangani asma harus merencanakan penanganan jangka
panjang. Hal ini supaya penderita tidak mengalami tak eksaserbasi, sekalipun menderita asma," kata dr. H.O.
Rosmayudi, Sp.Ak. dari RSHS/FK-Unpad.





Cara efektif menangani pneumonia dan asma, menurut dr. Rosmayudi, dengan deteksi dan eliminasi faktor-faktor
pencetusnya. Sayang, dalam prakteknya cara ini jarang membuahkan hasil. "Cara kedua yang biasa ditempuh yakni
dengan memberikan obat-obatan controllers seperti stereoid inhalasi, stereoid sistemik (per oral), teofilin lepas lambat,
dan antihistamin generasi baru," jelasnya.





Sedangkan dr. Eddie Soeria Soemantri dari Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK-Unpad mengatakan, penanganan asma
belum ditangani dengan tepat sehingga hasil pengobatannya pun belum sebaik yang diharapkan. "Ditambah lagi
kemampuan penderita asma untuk membeli obat-obatan asma yang dianjurkan dokter, terutama inhaler yang cukup
mahal harganya. Apalagi untuk membeli alat peak flow meter sebagai alat kontrol asma sehari-hari yang jauh dari
jangkauan kemampuan masyarakat," katanya.





Menurut Eddie, asma merupakan penyakit peradangan saluran napas yang kronis. Dalam peradangan tersebut,
berbagai saluran sel radang ikut berperan terutama sel-sel mastosit dan limfosit-T. "Pada penderita yang peka,
peradangan saluran napas kronis ini dapat menyebabkan batuk-batuk, bunyi mengi, banyak dahak, sesak napas, dan
dada tidak enak, khususnya waktu malam hari atau subuh," jelasnya.





Dengan adanya peradangan tersebut, lanjut Eddie, tentunya pengobatan terbaik adalah menghilangkan atau paling
sedikit mengurangi peradangan kronis pada saluran pernapasan. "Akibat peradangan saluran napas yang kronis,
membuat saluran napas menyempit hingga penderita sesak dan timbulah bunyi mengi.





Kepekaan saluran napas terhadap perangsangan juga semakin tinggi atau hiper reaksi bronkus hingga bisa terjadi
batuk, bersin, berdahak, dan sesak napas," katanya.
cpddokter.com - Continuing Profesional Development Dokter Indonesia
http://cpddokter.com/home Menggunakan Joomla! Generated: 30 October, 2010, 22:38


Jadi, kalau penderita asma hanya diobati sesak napasnya, berarti yang diobati hanya akibat peradangan saluran
napasnya, tapi penyakit utamanya yakni peradangan saluran napas tidak diobati. "Juga kepekaan saluran napas, hiper
reaksi bronkus, juga tidak diobati hingga pengobatan asma hanya sebagian. Tentu saja hasilnya juga mengecewakan,"
timpalnya.





Cara efektif menangani penyakit asma, lanjut Eddie, dengan pencegahan (preventif), meski harus memakan waktu
cukup lama. "Pengobatan asma yang terbaik adalah mencegah timbulnya gejala akibat peradangan saluran napas. Hal
ini dilakukan dengan memberikan obat anti peradangan jangka lama dan mengendalikan faktor-faktor pencetus
serangan asma," jelasnya.





Tujuh jurus ampuh





Lebih jauh Eddie memberikan tujuh jurus ampuh mengatasi asma yakni melakukan penyuluhan (edukasi) kepada
penderita dan keluarganya. Dengan edukasi diharapkan penderita/keluarga bisa mengelola penyakit asma dan
mengobatinya. "Tentu saja penderita dan keluarga juga harus mengetahui obat-obat asma, baik kegunaan, efek
samping maupun cara memakainya," katanya.





Selain itu, perlu juga diketahui faktor-faktor pencetus serangan asma dan tahu cara mengendalikannya. Pihak keluarga
dan penderita juga disarankan membuat rencana darurat (emergency plan). "Pengobatan asma juga harus diikuti
rehabilitasi dan menaikkan kebugaran tubuh melalui olah raga yang terpimpin. Dari semua rangkaian jurus itu, yang
terakhir adalah memantau dan menindaklanjutinya secara teratur," ujarnya.





Menurut Eddie, faktor-faktor pencetus serangan asma di antaranya debu rumah, jamur, tepung bunga, bulu binatang,
selimut wol, dan kasur kapuk. Faktor lainnya juga bisa berasal dari obat nyamuk, asap rokok, asap lampu, dan asap
kompor. "Perlu juga diperhatikan faktor pencetus dari makanan seperti udang, susu, telur, dan ikan laut. Demikian juga
perubahan cuaca dan pengaruh obat-obatan seperti penisilin, sulfa, dan aspirin yang bisa menjadi faktor pencetus
serangan asma," katanya.





Sedangkan dr. Imam Supardi dari RSI Al-Ihsan mengatakan, pengobatan asma dengan memakai antibiotika menjadi
makin tak efektif, malah semakin mahal. "Akhir-akhir ini banyak ditemukan bakteri yang resisten (tahan) terhadap
antibiotika yang disebabkan pemakaian antibiotika yang makin luas dan kurang tepat," ujarnya.





Demikian pula dengan perkembangan produksi antibiotika baru yang dinilai Imam masih lambat dibandingkan terjadinya
kuman yang resisten terhadap antibiotika. "Masalahnya, bagaimana menentukan antibiotika yang tepat untuk keperluan
terapi dalam menanggulangi penyakit infeksi seperti asma. Dari penelitian kami, ternyata antibiotika seperti
kloramfenikol, eritromisin,, dan tetrasiklin sudah sangat menurun kekuatannya. Sedangkan golongan aminoglikosida dan
quinolon juga tak jauh berbeda, malah pemakaiannya harus hati-hati karena punya efek samping," jelasnya.





Dengan kepekaan kuman yang telah berubah dan meningkatnya resistensi kuman, menyebabkan pengobatan dengan
antibiotika kurang efektif dan tuntas. "Perlu dicari obat-obat alternatif terbaik, efektif, dan efek sampingnya ringan atau
malah tak ada sama sekali. Dari penelitian kami, ternyata golongan karbapenem, amikasin, dan umumnya betalktam
bisa dipakai dalam pengobatan penyakit paru. Demikian pula dengan cepefim sebagai cefalosporin generasi keempat
dengan efek samping amat kecil dapat dipakai sebagai alternatif pilihan pertama," ujarnya.



cpddokter.com - Continuing Profesional Development Dokter Indonesia
http://cpddokter.com/home Menggunakan Joomla! Generated: 30 October, 2010, 22:38

0 komentar: